selain cerita si bintang

20 Desember 2009

lima kali lipat

Mbak Tita adalah seorang pembuat rosario yang tiap harinya mangkal di Gereja St. Antonius Kotabaru. suatu hari, kami berbincang dan ia membagi kisah yang begitu menarik bagiku. dan beginilah kisahnya...

suatu hari aku cuma punya uang sepuluh ribu. cuma itu thok. dan di sini sepi, nggak ada yang beli rosario. nggak ada temen yang dateng. malah ada anak muda, cowok, melas banget tampangnya. nunjukkin KTP terus bilang, "Mbak, mbok saya dibantuin. saya belum makan berapa hari."
emang kasian banget tuh tampangnya. tapi aku juga nggak punya uang. njuk uangku yang sepuluh ribu itu aku kasih. aku udah nggak punya uang lagi blas.
aku mikir, ya nanti pulangnya aku bisa nebeng siapa. eh kok ya ndilalah nggak ada yang dateng buat ditumpangi. ya bisalah nanti jalan, pikirku, terus naik bis, pinjem uang siapa gitu. tapi nggak ada yang bisa dipinjami. aku udah mau nangis itu. tapi ya gimaa lagi. pasrah aja. pasti ada jalan.
eh kok pas udah beres-beres, mau pulang, ada orang dateng, lihat rosario yang harga lima ribuan, terus beli sepuluh rosario. aku jadi punya uang lima puluh ribu. uangku malah jadi lima kali lipat.
kalo orang belum ngalami kuasa Tuhan tuh mungkin bakal bilang ini nggak mungkin. tapi lha aku ngalami sendiri. kalo udah pasrah sama Tuhan tuh, pasti ada jalannya. mungkin kalo orang nggak ngalami bakal bilang aku ini gila. tapi ini nyata, beneran. kuasa Tuhan tuh luar biasa.

Mbak Tita bercerita dengan mata berkaca-kaca. aku tertegun. Tuhan memang sungguh luar biasa. Ia selalu tau jalan yang terbaik untuk kita. aku jadi makin percaya, apa yang kita perbuat selalu ada balasannya, berkali-kali lipat. ketika kita berbuat kebaikan, maka akan datang kebaikan yang jauh lebih besar. tapi ketika kita berbuat kejahatan, maka kejahatan pun akan datang pada kita berkali-kali lipat.
lewat cerita ini pula, aku semakin belajar untuk lebih percaya dan berserah pada Tuhan. Ia selalu punya jalan. yang kita perlu lakukan hanyalah melewati jalan itu sebaik mungkin. Ia selalu tau yang terbaik untuk kita, walau mungkin menurut kita itu tidak baik, tapi itu yang terbaik menurutNya. jalan kita dengan jalanNya mungkin berbeda, tapi yakinlah, ketika kita berjalan di jalanNya, everything will be okay.
selamat berjalan di jalanNya, karena itu pasti jalan terbaik untuk kita, dan juga untuk orang lain. Tuhan berkati kita semua :)

06 Desember 2009

renungan kecil yang berdampak besar

Sabtu, 28 November 2009

aku dan teman-teman Putra-Putri Altar Gereja St. Antonius Kotabaru (Papita Kobar) rekoleksi di Omah Jawi, Kaliurang. bagiku, saat yang paling ditunggu ketika rekoleksi adalah renungan. karena bagiku, sudah menjadi tradisi untuk membuat anak-anak menangis gara-gara renungan. :)

rekoleksi kali ini sedikit berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. karena pada rekoleksi ini, Frater Fajar yang biasanya memberi renungan tidak bisa ikut karena ada acara lain. maka aku dipercaya untuk mengurusi renungan tahun ini. tema rekoleksi tahun ini adalah "Bertanggungjawabkah Aku???" sebuah tema yang cukup berat bagiku, karena begitu menohok. haha..

aku sangat kebingungan bagaimana harus mengisi renungan itu. lalu aku bercerita pada seorang teman, Arya, dan dia berjanji akan mengisi renungan. maka jadilah malam itu renungan diawali oleh Arya.

Arya memulai renungan dengan sebuah kisah.
ada seorang anak yang bertanya pada ayahnya, kenapa hidupnya penuh masalah. lalu sang ayah tidak menjawab, namun malah mengajak anaknya menuju ke dapur. di sana, sang ayah menyiapkan tiga panci berisi air. ia memasukkan sebutir telur di panci pertama, segenggam kopi di panci kedua, dan sebuah wortel di panci ketiga. lalu sang ayah berkata, "hidup kita mungkin memang penuh masalah. namun kita bisa memilih untuk menjadi seperti salah satu dari ketiga benda ini."
lalu Arya mengaitkan itu dengan Papita. ketika kita memilih menjadi wortel yang setelah direbus jadi lembek, pendirian kita akan goyah ketika bertugas. lalu jika memilih kopi yang akan menjadi satu dengan air, berarti kita mudah terpengaruh dengan teman kita, dengan orang lain di luar diri kita, entah pengaruh baik atau buruk. tapi ketika kita memilih menjadi telur, berarti pendirian kita justru akan semakin teguh dan tidak mudah terpengaruh orang lain.

selama renungan yang dibawakan Arya, anak-anak tidak menunjukkan tanda-tanda akan menangis. lalu ketika renungan Arya hampir selesai, temanku yang lain, Qnta, menyuruhku mengambil sebuah kisah yang memang telah kupersiapkan. renungan tentang ibu.

Qnta yang membacakan renungan itu awalnya. namun ternyata dia tak kuat menahan emosinya, dan aku pun melanjutkannya. dan beginilah kisahnya...
seorang anak mendapati ibunya sedang sibuk menyediakan makan malam di dapur. kemudian dia mengulurkan secarik kertas yang bertuliskan sesuatu. si ibu segera membersihkan tangan dan lalu menerima kertas yang diulurkan oleh si anak dan membacanya.

Ongkos upah membantu ibu:
1) Membantu pergi ke warung: Rp20.000
2) Menjaga adik: Rp20.000
3) Membuang sampah: Rp5.000
4) Membereskan tempat tidur: Rp10.000
5) Menyiram bunga: Rp15.000
6) Menyapu halaman: Rp15.000
Jumlah: Rp85.000

selesai membaca, si ibu tersenyum memandang si anak yang raut mukanya berbinar-binar. si ibu mengambil pena dan menulis sesuatu di belakang kertas yang sama:
1) Ongkos mengandungmu selama 9 bulan: GRATIS
2) OngKos berjaga malam karena menjagamu: GRATIS
3) OngKos air mata yang menetes karenamu: GRATIS
4) Ongkos khawatir krn memikirkan keadaanmu: GRATIS
5) OngKos menyediakan makan minum, pakaian dan keperluanmu: GRATIS
Jumlah Keseluruhan Nilai Kasihku: GRATIS

Air mata si anak berlinang setelah membaca. Si anak menatap wajah ibu, memeluknya dan berkata, "Aku Sayang Ibu". Kemudian si anak mengambil pena dan menulis sesuatu di depan surat yang ditulisnya: "Telah Dibayar"

lalu aku melanjutkan, kadang kita bertindak seperti anak itu. kita seringkali meminta balas jasa atas apa yang kita lakukan untuk orangtua kita. namun apakah orangtua kita pernah meminta balas jasa atas apa yang telah mereka lakukan untuk kita? sudahkah kita melakukan tanggungjawab kita sebagai anak dengan baik? kita seringkali menuntut banyak dari orangtua kita. tapi apa yang orangtua kita tuntut dari kita? untuk menjadi anak yang baik? bukankah itu memang tanggungjawab kita?
*di sini anak-anak mulai menangis makin kencang. apalagi aku bicara diiringi lagu Lagu Cinta Untuk Mama dan Bunda. aku diam sebentar, memberi kesempatan mereka untuk makin puas menangis. lalu melanjutkan...*

ketika kita meminta maaf karena melakukan kesalahan besar sampai menyakiti hatinya, mungkin mama yang sangat ingin menangis menyimpan semua dalam hati lalu memeluk kita dan berkata lembut pada kita, "nggak apa-apa sayang. besok jangan diulangi lagi ya."
*anak-anak makin kencang menangis. jujur, entah darimana aku dapat kata-kata ini. aku juga mengatakannya dengan sedikit gemetar, menahan tangis :) lalu aku melanjutkan...*

bayangkan orangtua kita ada di samping kita. genggam tangan mereka, peluk mereka, dan katakan, "Ma, Pa, maaf atas semua kesalahan yang aku lakukan. terimakasih atas cinta kalian yang luar biasa. terimakasih. aku sayang kalian."
sekarang, coba kalian tenang. hening. dan mulailah berdoa. bersyukurlah karena kalian punya orangtua dengan cinta yang luar biasa. berdoalah untuk kebahagiaan orangtua kalian. berdoalah agar kalian bisa menjadi anak yang lebih baik lagi, demi semakin besarnya kebahagiaan orangtua kalian. karena mereka sangat sayang sama kalian.

lalu renungan selesai. beberapa anak bertahan untuk melanjutkan tangis dan doa mereka. namun ada yang beranjak pergi meninggalkan ruangan. dan seperti biasa, ada beberapa anak yang susah berhenti menangis.

tapi satu hal yang tidak aku kira. ternyata malam itu, setelah renungan, ada seorang anak bernama Limbang yang langsung menelepon orangtuanya dengan diiringi derai airmata dan berkata ia menyesal telah membuat sakit hati ibunya siang harinya. ia berkata, "Bu, aku minta maaf...tidak akan kuulangi lagi perbuatanku."
aku tau dari status FB bapaknya yang berbunyi: Hampir jam 12 malam... bunyi telepon berdering memecah keheningan malam ini, di jauh sana di lereng Merapi... anakku menangis tersedu, terbata-bata ia sampaikan pada ibunya bahwa IA MENYESAL TELAH MEMBUAT SAKIT HATI IBUNYA siang hari tadi... "Bu, aku minta maaf...tidak akan kuulangi lagi perbuatanku", katanya lirih. "...Selamat tidur anakku... rupanya Tuhan telah berkenan membuka mata hatimu." Matur nuwun Gusti...!!!

aku juga ikut terharu.. ah, anak sekecil itu saja bisa. bagaimana dengan kamu? bagaimana dengan aku? :)