August is all about starting new journey, and it means new
status, new places, new experiences, new friends, everything!
Flashback sedikit, bulan Agustus 2014, saya mulai perjalanan
SLP, semacam KKN, di Cagayan de Oro, Philippines. Kurang lebih sebulan jauh
dari rumah, serumah dengan orang-orang dari Filipina, Jepang dan Korea sambil
berbahasa Inggris setiap hari merupakan pengalaman yang luar biasa bagi saya.
Banyak “first thing” yang saya alami selama saya SLP, dan somehow, SLP change
my life.
Agustus 2015. Saya memutuskan untuk mengakhiri relasi dengan
seorang laki-laki yang saya patahkan hatinya. Yes, I made that choice and I
think I never regret it. Well, saya sadar bahwa mencintainya bukanlah suatu
kesalahan, begitu juga dengan berhenti mencintainya.
Agustus 2016. Saya kembali terlibat dalam SLP, tapi kali ini
ikut membantu sebagai panitia, karena SLP diadakan oleh Universitas Sanata
Dharma di Jogja. Lagi-lagi saya berkenalan dengan rekan-rekan dari Filipina,
Jepang dan Korea. Saya juga mulai terlibat mendampingi retret. Retret pertama
yang saya damping adalah retretnya Stero, terima kasih Romo Adri sudah ngajakin
saya! :D
Agustus 2017. Here I am now, living a “brand new” life. Jatinangor.
Tidak pernah terlintas dalam benak saya untuk datang, apalagi tinggal di kota
ini. Namun karena kota ini, sekarang saya resmi menyandang tiga status baru
sekaligus: anak rantau, anak kost dan mahasiswa baru. Dulu di rumah sih anak
kost juga statusnya, tapi kan di rumah, ini mah sekarang jauh hehehe
Belum genap seminggu saya di sini, maka masih benar-benar
baru. Bagaimana rasanya? Mmm, campur aduk, sih. Yang pasti, perasaan cemas,
gelisah dan takut adalah perasaan-perasaan yang paling mendominasi saat ini. Menurut
saya ini cukup wajar karena ini pertama kalinya saya benar-benar merantau,
meski sudah sempat sebulan numpang hidup di negara orang saat SLP, tapi saat
itu saya masih punya empat teman dan satu dosen yang sama-sama dari Sadhar (hey
guys!) But now I feel like I am alone. Sebenarnya kalau soal sendiri, saya
sudah cukup terbiasa, karena di rumah pun sering sendiri. Tapi masalahnya, di
sini saya sama sekali buta arah, ada perbedaan budaya, dan masih ngeblank soal
perkuliahan di Unpad, kampus saya sekarang. There are so many things to worry
about.
Meski begitu, ada banyak sekali hal yang saya syukuri dan cukup
meredakan kecemasan saya. Mulai dari (kamar) kost yang nyaman, teman satu kost
yang ternyata juga teman sekelas, keluarga penjaga kost yang sangat helpful dan
juga teman-teman sekelas yang menyenangkan. Despite of all insecurities and
anxieties, I am grateful to have this opportunity. Akhirnya saya keluar dari
rumah, keluar dari Jogja, keluar dari Kotabaru, keluar dari zona super nyaman. Ya
memang nggak nyaman, tapi yang nggak nyaman itu yang seringkali mengembangkan, ya
kan ;)
So, please kindly pray for me and this journey, guys! Hopefully
I can learn and develop, not only as a student, but as a human as well.
Hatur nuhun!
:D
Sabtu, 12 Agustus 2017
(benar-benar) anak kost,
Vania
Tidak ada komentar:
Posting Komentar