dua minggu. saya bingung mau menaruh kata "sudah" atau "baru" di depan frasa itu. kalau "sudah dua minggu" artinya rasanya sudah lama saya ada di sini, menjalani tiga peran baru sebagai anak rantau, anak kos dan mahasiswa baru. padahal ini baru awal perjalanan panjang saya yang (harapannya) akan berlangsung lima semester. tapi kalau "baru dua minggu", rasanya juga sudah cukup banyak hal yang saya alami dan saya rasakan selama dua minggu di sini.
sistem perkuliahan di sini adalah sistem blok, kayak anak kedokteran gitu. jadi dalam rentang waktu tertentu, yang dibahas hanya satu bab (atau satu materi) lalu diakhiri dengan ujian, setelah ujian ganti materi lain. contohnya, minggu ini saya belajar tentang observasi dan interview individual. hari Senin dan Rabu ada kuliah, Kamis praktikum dan harus bikin laporan yang dikumpul hari itu juga, Jumat ujian. lalu besok Senin ganti materi lain. begitulah, dalam satu blok harus terkumpul nilai tugas, nilai UTS dan nilai UAS. kebayang lah ya betapa intensnya... bahkan dari draft jadwal yang sudah dishare, ada materi yang cuma dikasih satu hari, besoknya ujian. I can't even imagine bakal jadi kek apa nanti prosesnya. tapi ya sudahlah, namanya juga sudah dipilih, kudu dijalani, dinikmati, dimaknai dan disyukuri. :)
anyway, dua minggu di sini membuat saya menyadari bahwa ternyata rasa rindu itu random dan irasional. bisa-bisanya di tengah-tengah kuliah tiba-tiba saya ingat Soto Kadipiro, kangen rumah, kangen mama, pengen ke Kotabaru dan berbagai kerandoman lainnya. bahkan saya bisa tiba-tiba ingat beberapa sudut Jogja yang sebelumnya jarang saya datangi ketika saya di Jogja. dan bayangan serta perasaan itu munculnya kadang di waktu yang nggak umum, misalnya di tengah-tengah pengerjaan tugas atau ketika bangun tidur. yah, namanya juga perasaan ya. kalau kata Choice Theory (yang baru saja saya tau tadi pagi), perasaan mah nggak bisa kita kontrol secara langsung, beda sama pikiran dan perilaku. #NyebutTeoriBiarKeliatanMahasiswa :p
kerinduan saya sama Jogja beberapa kali juga "dicolek" gitu sama semesta. misalnya beberapa hari lalu teman saya tiba-tiba bertanya tentang bahasa Jawa. lalu beberapa hari berikutnya, teman saya yang lain bertanya perbandingan antara Jogja dan Bandung. yang paling lucu adalah ketika dosen minggu ini memberi pengumuman bahwa ujian akan berupa analisis film, dan film yang akan dipakai adalah AADC 2, spontan saya langsung mikir, "Wah, baper Jogja nihhh..." tapi untungnya, karena nonton film fokus buat analisis, jadi kebaperan akan Jogja bisa (sedikit) teratasi :))
akhirnya saya memutuskan bahwa ini "baru dua minggu", karena masih panjang perjalanan yang harus saya tempuh. dua minggu itu, bagi saya, tidak lagi dalam masa denial, tapi lebih bargaining. beberapa kali saya sudah punya keinginan untuk pulang (ke Jogja), tapi lalu saya dihadapkan pada kenyataan jadwal yang intens dan ingat kembali tujuan saya ke sini apa. kadang saya masih mencoba melakukan penawaran (dalam hati, entah dengan siapa), kapan ya kira-kira bisa balik, akhir tahun mungkin natalan di Jogja nggak ya, wah tapi Desember mah masih lama ya, dan sebagainya. well, saya kadang iri juga sama teman-teman yang sama-sama ngekos tapi rumahnya di Bandung atau Jakarta, jadi dia bisa balik atau keluarganya bisa ke sini hehehe. but everyone has their own part and everything has it's own time, right? so, this is my kind of battle right now, but I really thankful because I have this opportunity. semoga saja saya bisa cepat menyesuaikan diri dengan tiga status baru saya sebagai anak rantau, anak kos dan mahasiswa baru (S2 pula!), dan hasilnya pun sepadan dengan perjuangan saya.
harapan yang sama juga saya bisikkan ke Dia untukmu, ya! good luck with your own battle! <3
Sabtu, 26 Agustus 2017
dari gadis yang bersyukur akan adanya anugerah bernama akhir pekan,
vania
Hasilnyapun akan sepadan
BalasHapusSemangat!!!
You'll never walk alone