selain cerita si bintang

19 Juli 2014

satu kata untuk semester enam

semester enam memang sudah sebulan lebih selesai. sejak semester lima, saya menemui *soalnya beberapa kali nggak langsung mengalami* hal-hal yang membuat saya seringkali berefleksi bahwa, "you have to take a choice, and every choice has consequences. so you also have to ready to face the consequences of the choice you've been chosen."

satu hal ini benar-benar menjadi #NoteToMySelf ketika saya menginjak pertengahan semester enam. saat itu saya daftar jadi asisten praktikum. saya memang pengen banget, meski di sisi lain ini juga merupakan kewajiban saya hehe
well, intinya saya udah niat banget dan yakin keterima, kepedean abis! tapi ternyata saya nggak diterima, karena jadwal kuliah saya bentrok dengan jadwal kuliah praktikum itu. saya rasanya ketampar banget, soalnya jadwal saya yang bentrok itu sebenarnya bukan paketan saya, tapi saya pindah kelas lain. saya langsung membandingkan diri saya dengan teman saya yang rela mengganti jadwal demi bisa jadi asisten praktikum. ya, ini pilihan saya, dan saya harus menanggung konsekuensinya.
saya ingat betul, hari itu saya mengerjakan sesuatu di ruang PU. saya sendirian di ruang itu, like a boss haha :)) saya ke lab sebentar dan diajak bicara oleh Mas Muji, laboran yang kocak banget. Mas Muji bilang kalau saya nggak lolos, tapi tampak betul beliau ikut kecewa karena saya nggak lolos. saya kembali ke ruang PU, merenung, dan saya sempat menangis. memang, seringkali konsekuensi dari pilihan itu nggak menyenangkan ya..

I got the picture from Mokis, thanks! :)
jika saya bisa merangkum semester enam, bahkan kuliah saya sejak semester satu, semua adalah tentang PILIHAN, yang konsekuensinya kadang jangka panjang, jadi baru saya rasakan di semester enam ini. saya memilih untuk coba-coba daftar beasiswa unggulan, konsekuensinya ya harus mau ikut acara character building. saya memilih untuk "menunda" mendaftar P2TKP dulu semester tiga, sekarang ketika ditolak dan nggak ada lagi kesempatan, saya nggak bisa coba lagi. saya memilih untuk hengkang dari riset payung, dan saya nggak ikut presentasi ke Oz. saya memilih untuk pindah kelas demi diajar dosen favorit, tapi saya nggak bisa jadi asisten praktikum. saya memilih untuk ambil makul pilihan yang bukan bidang favorit saya, dan saya harus mengerjakan tugas-tugas yang cukup berat dan dua kali kuliah umum. saya memilih untuk gabung dengan BEMF dan saya jadi lebih sering di kampus daripada di rumah maupun gereja. saya memilih untuk jadi volunteer tetap di Pingit dan seringkali saya dari kampus langsung ke Pingit. sebagai konseptor, saya memilih untuk mengadakan ekm di suatu paroki yang ternyata prosesnya kurang bisa berjalan dengan baik. saya memilih untuk coba-coba daftar SLP, dan ternyata keterima. saya memilih untuk nggetih dan menjalani semester enam ini dengan optimal, dan hasilnya pun puji Tuhan sangat memuaskan. masih banyak pilihan-pilihan dan konsekuensinya yang saya jalani.

saya sendiri bersyukur saya bisa sampai pada insight ini, karena rasanya saya jadi lebih realistis dan rasional *efek salah satu makul di semester enam nih kayaknya* :))

yah, apapun pilihan yang kita ambil, mari ingat bahwa pilihan dan konsekuensi itu satu paket. maka, kalau EKM Seminari Mertoyudan dulu kasih judulnya "choose your love and love your choice" :D

keep spirit, folks!



malam minggu,


vania