selain cerita si bintang

21 September 2014

miskomunikasi

halo, blog! gimana nih kabarnya? :)

seperti saya pernah cerita di beberapa post sebelumnya, saya ikut SLP alias Service Learning Program, semacam KKN gitu, tapi di Philippines hehe
kegiatan yang berlangsung dari awal sampai akhir Agustus itu seru banget! saya nggak cuma punya kesempatan untuk melayani orang lain, tapi juga belajar berdinamika bersama teman-teman baru dari berbagai negara dan budaya yang berbeda, ada dari Jepang, Korea dan tentunya Philippines.

sebelum saya berangkat, saya sempat ditanyain Ms Tata, cemas nggak mau pergi, terus apa yang dicemaskan. spontan, saya jawab kecemasan terbesar saya adalah bahasa. saya merasa bahasa Inggris saya jelek banget. ini masih saya rasain sampai sekarang, bahkan setelah sebulan penuh berkomunikasi pakai bahasa Inggris. 

tapi ternyata, kecemasan saya itu nggak terlalu terbukti. well, ya memang ada language barrier, dan itu suatu masalah. tapi toh kami tetap dapat berkomunikasi dengan baik. thanks to body language! HAHA :D 
sering sekali saya nggak ngomong satu kalimat utuh karena bingung, tapi mereka tetap nangkep maksud saya. begitu juga sebaliknya. bahkan ketika mereka bicara dengan bahasa mereka sendiri, terutama teman-teman Pinoy, saya sedikit banyak bisa nangkep maksud mereka. even I totally didn't understand about their language, but I know what're they tried to say :)) 

beneran deh, saya merasa nggak ada masalah yang berarti terkait language barrier ini. bagi saya, ini suatu hal yang menakjubkan. kok bisa ya, orang nangkep maksud obrolannya dari bahasa tubuh, ekspresi wajah, gestur dan intonasi, padahal sama sekali nggak paham bahasanya. luar biasa banget.

ketika saya balik ke Indonesia dan kembali ke kampus, kembali ke rapat-rapat dan tanggung jawab lainnya, saya terkaget-kaget menjumpai banyaknya miskomunikasi yang terjadi di salah satu kegiatan yang saya handle. ada yang berakibat waktu rapatnya molor karena ternyata masih ada yang kuliah. ada pula yang berakibat salah minjem peralatan, dan lain sebagainya.
miskomunikasinya pun macem-macem bentuknya. ada yang nggak dibales, yang sebenernya nggak bisa dikategoriin sebagai komunikasi sih, lha wong nggak ada feedback. ada juga yang bentuknya salah tangkap, jadi si A bilangnya setelah jam 4, si B nangkepnya sebelum jam 4. ada lagi yang bentuknya salam pahah, eh, salah paham. yang dimaksud ini, ditangkepnya itu, beda banget! dan yang sempet bikin down kemarin itu adalah lupa ngomong, alias nggak dikomunikasikan ke pihak tertentu.

saya bingung. bisa-bisanya selama SLP dengan bahasa yang asing, dengan kata-kata yang kadang saya masih harus buka kamus untuk tau artinya, kok malah nggak ada masalah yang sangat berarti terkait komunikasi. kami bisa berkomunikasi dengan sangat lancar, bahkan hingga kini kami sudah terpisahkan lautan dan daratan, tapi kami masih berkomunikasi dengan baik. tapi sebaliknya, yang pakai satu bahasa dan bahasa asli, kok malah ada banyak masalah terkait komunikasi.

beberapa waktu lalu saya nemu ini, mungkin bisa jadi jawabannya:
from here
ya, ketika berkomunikasi dengan bahasa yang nggak biasa kita pakai, kita mendengarkan dengan seksama dan tempo yang sesingkat-singkatnya *halah* *ditoyor*
*kembali serius*  dengan bahasa yang nggak biasa kita pakai, kita mendengarkan sepenuhnya, dengan penuh perhatian, biar mudheng. 
beda kalau kita berkomunikasi dengan bahasa yang biasa kita pakai. kita mendengarkan ya biar bisa jawab aja gitu. bahkan seringkali ada orang belum selesai ngomong udah dipotong karena semua orang pengen jawab, semua orang pengen ngomong.

begitulah kiranya hasil analisis ngawur saya haha :D
semoga kita makin bisa meminimalisir miskomunikasi yang terjadi ya. mending diganti sama Miss Indonesia, Miss World, atau Miss You... #eaaa

yuk kita belajar untuk mendengarkan agar bisa memahami, bukan sekedar mendengarkan agar bisa menjawab! :)



Sept 21, 2014
International #PeaceDay

vania