selain cerita si bintang

20 Oktober 2014

stasiun hari ini

hari ini untuk ke sekian kalinya saya menginjakkan kaki di stasiun di kota gudeg ini. lagi-lagi, ini adalah saat di mana saya mengantar kekasih saya kembali ke perantauan untuk mencari sesuap nasi dan segenggam berlian. seperti biasa, stasiun itu ramai, dan banyak orang datang dan pergi, entah penumpang, entah pengantar. di stasiun, selalu ada perpisahan, sekaligus harapan untuk bertemu kembali.

ketika saya berdiri di luar pagar, di area penghantar, di sebelah saya ada seorang lelaki muda, mungkin usianya 20an. dia berbincang dengan seorang lelaki paruh baya yang berada di peron. mereka berbincang dibatasi teralis. si lelaki paruh baya tampak semangat mengajak lelaki muda berbincang, sementara anaknya menanggapi dengan suara tidak terlalu keras. mereka berbincang singkat tentang kereta. dari percakapan mereka, saya tahu sepertinya mereka adalah bapak dan anak. kereta sudah tiba, tapi si bapak belum mau beranjak dan masih berbincang dengan anaknya. ketika tiba waktunya kereta akan berangkat, si anak menyalami dan mencium tangan bapaknya. mereka bertukar salam, "assalamualaikum", dan si bapak berkata, "jaga ibu ya..."
si bapak kemudian menaiki kereta, namun tetap berdiri di depan pintu kereta yang masih terbuka itu. ketika kereta akan berjalan, dari jauh saya melihat si bapak kembali mengatakan "assalamualaikum" pada anaknya, meski tanpa suara. sampai akhirnya kereta berjalan, si bapak masih berdiri di depan pintu dan melambaikan tangan pada anaknya, serta memasang senyum lebar pada wajahnya.

saya speechless. di stasiun itu ada banyak orang yang melepas keberangkatan. ada pasangan bapak-anak, saudara, pasangan kekasih.. tapi selama saya mengantar ke stasiun, kok rasa-rasanya baru sekali ini saya lihat orang yang begitu ingin meninggalkan kesan positif sebelum keberangkatannya. bapak ini benar-benar mengekspresikan bagaimana ketidak-ingin-pisahannya. padahal beliau dan anaknya sama-sama laki-laki, yang selama ini diberi label lebih-rasional-dan-tidak-emosional dibandingkan perempuan. 

beliau mengekspresikan diri dengan cara sederhana, namun sungguh jujur.
peristiwa ini membekas bagi saya, mungkin karena hal ini masih jadi pr untuk saja. sederhana, jujur.




sudah hari Senin,

si bintang