selain cerita si bintang

04 November 2019

recharged

hae gaes!

enggak kerasa ya udah masuk November aja, bentar lagi udah mau ganti tahun lagi! ya ampuuunnn...
seperti biasa, blog ini udah berdebu banget hehe saking berdebunya sampai bingung beresin dari mana dulu.

bulan Oktober dan awal November ini rasanya nano-nano banget. awal Oktober, aku akhirnya seminar kasus besar 2, seminar kasus terakhir sebelum ujian. istimewanya, seminar kasus ini dibahas sama dosen yang paling disegani. untungnya, berhasil dilewati juga...

selesai urusan sama kasus, minggu kedua Oktober aku mulai kembali ke tesis, setelah sekian lama terbengkalai. karena punya rencana yang menyenangkan di minggu ketiga, minggu kedua ini aku agak rungsing alias senewen untuk memastikan jadwal bimbingan. keajaiban bener-bener terjadi deh. awalnya dijadwalin bimbingan hari Senin, tapi ternyata tiba-tiba dosennya enggak bisa. Gusti Allah tuh kalau udah punya rencana emang segala sesuatu jadi mungkin. :))

pertengahan Oktober, hal yang aku tunggu-tunggu, akhirnya punya kesempatan untuk ngancani liburan bersama Tuhan lagi, setelah terakhir kali tahun 2017. sejak dimintain tolong bulan September, aku enggak berani janji bisa ikut, karena jadwal enggak pasti., akhirnya aku baru memastikan hari Jumat atau malah Sabtu. lalu merasakan juga online meeting pakai video call haha berasa penting :p

menemani liburan bersama Tuhan, ternyata juga bikin aku recharged. aku belajar banyak dari perjumpaan, kisah-kisah, cerita-cerita, seneng banget rasanya, apalagi ikut nginep di tempat Bunda, maksudnya bener-bener di Gua Maria. udah lama enggak begitu, hepi jadinya. banyak hal baru yang aku alami juga, mulai dari ke Purwokerto naik kereta sendiri, ke Kaliori, kulineran di Purwokerto dan sekitarnya (termasuk minum tuak sampai kayak kepiting rebus haha), naik travel Jkt-Bdg, bikin presentasi langsung bawain materi, dan masih banyak lagi deh pengalamannya. hal lain yang bikin aku makin recharged tuh sejak awal Oktober aku juga iseng ikut program meditasi online 21 hari. bener-bener fully charged deh rasanya!

pengalaman ngancani retret dan meditasi ini ternyata cukup jadi bekal untuk menghadapi hal-hal lain yang gak terduga. aku memang udah sempat dikasih tau kalau ujian praktik kerja tanggal 1 November, tapi seminggu sebelum ujian, aku baru dikasih tau kalau sebagai syarat ujian, harus ngumpulin 10 laporan, terakhir hari Rabu. langsung panik sih, dan berharap jadi titisan Bandung Bondowoso atau Sangkuriang. energi yang dikumpulkan beberapa waktu terakhir rasanya langsung abis seminggu terakhir. untungnya sudah terlewati satu tahap ini, entah gimana hasilnya. 

seminggu terakhir, selain ujian praktik kerja, aku juga ngalamin "ujian" lain: mama harus opname. heran aku, waktu ngerjain kasus ujian ini Agustus kemarin, papa juga opname. sekarang menjelang kasus ini dipertanggungjawabkan secara lisan, kok gantian mama. kalau kata salah satu tanteku, memang ujian kan bukan cuma akademis aja, tapi dalam hidup sehari-hari juga. ya, begitulah. ketika menjalani hari-hari ini, aku merasa sangat bersyukur karena sudah menjalani "masa charging" lewat liburan bersama Tuhan dan meditasi. 

segini dulu deh ceritanya. aku udah ada rencana untuk recharge lagi, mudah-mudahan beneran recharge dan cukup untuk menjalani hari-hari yang menantang selanjutnya :D


have a good time, gaes!


Minggu-Senin, 3-4 November 2019
sekitar tengah malam
dari Bandung yang adem karena mulai sering hujan

vania


31 Agustus 2019

am I a good friend?

pertanyaan yang jadi judul postingan ini adalah salah satu pergulatanku sejak lama. aku menyadari bahwa aku punya kebutuhan untuk diterima oleh orang lain, untuk menjadi 'teman', dan untuk membantu orang lain. di sisi lain, aku juga punya ketakutan untuk tergantikan, untuk menjadi bukan yang utama lagi, untuk menjadi sama seperti yang lain. aku sadar betul dengan pergulatan yang memengaruhi buanyak hal dalam hidupku, termasuk ini yang bikin 'gagal move on' selama pindah ke Nangor-Bdg. apalagi pas awal-awal, wah rasanya nyesek beutsss. seiring berjalannya waktu, aku akhirnya bisa memaknai bahwa 'merantau' ini sebenarnya justru sedikit banyak membantuku untuk dealing sama perasaan dan pikiran yang macem-macem tadi. ya iyalah gak diajak, kan jauh. ya iyalah gak dikasih tau, emang kamu bisa apa. ya iyalah gak diajak omong, kan kamu sibuk juga. maklum, dipaksa keadaan.

tapi ya pergulatan ini tetap ada, bahkan cukup sering menggangguku. minggu lalu, pertanyaan di judul postingan ini muncul lagi. saking impulsifnya, aku langsung minta maaf sama salah satu sahabat karena gak bisa hadir menemaninya secara fisik, seperti orang lain yang doi ceritain. sebelumnya, ada beberapa hal juga yang membuat pikiran itu muncul. mungkin efek hormon juga kali ya, jadi sensi abis. *alasan*

eh, lha kok pas di Jogja, tiba-tiba papa harus opname. mama juga riweuh nyiapin acara keluarga, jadi pasti juga capek dan enggak total menemani papa. selama papa opname, aku akhirnya take over untuk menemani papa di rumah sakit, hampir 24 jam kali 5 hari. pengalaman itu membuatku berefleksi bahwa mungkin ini saatnya menjadi teman dan sahabat bagi papa dan mama. keluarga adalah tempat di mana seseorang tidak akan pernah tergantikan.

di tengah keresahan, kegalauan dan pertanyaan tak berujung, lewat pengalaman ini, Gusti Allah seakan-akan mau bilang bahwa pertanyaan yang jadi judul postingan ini hanya bisa dijawab lewat usaha terus menerus untuk menjadi sahabat bagi orang lain. caranya ya bisa macem-macem, tapi yang penting intensinya adalah menjadi sahabat. setiap orang punya peran masing-masing. bagaimanapun miripnya kamu dengan seseorang, kamu ya tetap kamu, you are unique, you are limited edition, because there's only one you!

aku akan menutup postingan ini dengan berbagi #HomiliHariIni:
#BacaanHariIni mengingatkan kita untuk melayani sesama dengan tulus ikhlas, rendah hati, dan berbesar hati jika kita digeser atau digantikan. - Romo Agus, OSC

JLEB BANGET YA :")
masih jadi PR sih nih soal tetap tenang walau 'digantikan' ... maklum, suka post power syndrome gitu~ :))

aku yakin, pertanyaan yang menjadi judul postingan ini, masih akan tetap menjadi (salah satu) pergulatan utamaku. artinya, topik ini akan muncul dalam sambatan-sambatanku, karena menimbulkan kegalauan dan keresahan. tapi semoga, kegundahanku ini justru bisa menjadi semangat untukku berbuat hal baik secara tulus, ikhlas dan total kepada siapapun.

it's okay to be not okay, because it means that you are going to be more okay. cheers!



malam minggu terakhir di bulan Agustus 2019
anak kos,

vania

22 Februari 2019

half-birthday per-KP-an

*bebersih debu yang menebal, sarang laba-laba di mana-mana dan berbagai kotoran*

blog ini sudah lama tidak berpenghuni rupanya. maafkan aku yang pemalas ini ya gaes *geer amat, berasa ada yang baca, padahal ya enggak* 😅

huaaahhhh… aku mengawali postingan ini dengan menghela napas panjang dan siap sambat hehehe
enam bulan terakhir, tepatnya sejak Agustus 2018, aku mulai menjalani babak baru dalam kehidupan perkuliahan, yaitu memasuki kerja praktik, lalu pada bulan Oktober 2018 aku juga mulai memasuki kehidupan yang lain, yakni tesis. 

aku merasa enam bulan terakhir, hidupku bergerak sangat cepat. aku kerja praktik di sebuah rumah sakit di Cimahi, yang sejak beberapa tahun terakhir dikenal punya banyak klien anak di poli psikologinya. bahkan, kakak angkatan di atasku persis yang kerja praktik di RS itu per orang dapat 20an kasus. dengar fakta itu aja aku udah mlongo. asemik, bisa enggak ya? bisa-bisa aku modyaaarrr~

di bulan Agustus 2018 itu aku dan empat teman yang lain yang sama-sama kerja praktik di RS itu masuk seminggu atau dua minggu lebih dulu dari jadwal sebenarnya untuk orientasi. di situ, aku semakin lihat ke-hectic-an kakak-kakak yang riweuh menangani klien, mengerjakan laporan, diskusi, bimbingan, dll. uwooo, makin keder…

setelah menjalani sendiri, ya emang enggak gampang sih… berasa kejar-kejaran, tapi pakai sepatu yang kegedean, jadi kadang sepatunya suka lepas atau akunya suka jatuh. terengah-engah pula. 

semakin bertambah jumlah kasus yang ditangani, semakin aku merasa aku banyak enggak taunya dan masih harus terus menerus belajar karena merasa masih bodoh mulu. waktu aku nulis blog ini, paginya aku abis seminar kasus kecil 2, dan itu adalah kasus ke sepuluh. dipikir-pikir gelo juga ya 6 bulan 10 kasus, harusnya udah kelar nih kerja praktiknya… #eh #masihbodohkokmintaudahan #selfjitak

nah, di seminar kasus kecil 2 tadi pun aku merasa masih banyaaakkk kurangnya dan masih banyak yang harus kuperbaiki. separuh jalan menuju akhir masa kerja praktik, mudah-mudahan aku bisa membuka diri, pikiran, dan hati untuk lebih mau banyak belajar dari literatur atau diskusi ya... 

kepadatan jadwal dan tantangan selama 6 bulan terakhir ternyata membawa dampak fisik ke aku, 3 kali aku kena refluks asam lambung. padahal sebelumnya sama sekali aku enggak pernah ngalamin maag. entah karena efek pola makan yang ngawur, stress, atau keduanya, penyakit itu muncul deh...

di tengah segala kerumitan hidup ke-mapro-an, banyak banget hal yang aku syukuri. teman-teman yang sangat membantu, terbuka dan penuh ide kreatip, pembimbing yang sangat detail dan sangat membimbing, dan juga aktivitas lain yang jadi tempat 'katarsis' yaitu SPINMOTION Bandung dan SEKODI. dua komunitas yang kusebut nanti kapan-kapan aku cerita deh ya, butuh postingan sendiri soalnya, panjaaang ceritanya hahaha 😁

yaaaahhh, segini dulu deh curhat enggak pentingnya. ini juga sebenernya ditulis di tengah pengerjaan laporan yang daritadi enggak nambah-nambah, hadeeehhh #sambatmeneh

doakan aku kuat menghadapi enam bulan selanjutnya di masa kerja praktik dan enam bulan selanjutnya untuk menyelesaikan ke-mapro-an ini, ya! hehe...

God bless you, stay sane, and don't forget to #2019LoveYourself!


Bandung, 22 Februari 2019
23.45 WIB

vania (bukan dokter)

ps: semoga sambatan ini enggak bikin temen-temen yang mau ambil mapro jadi keder ya haha