selain cerita si bintang

21 Juni 2014

menikah?

beberapa waktu lalu, seorang teman saya, mengupload foto undangan nikah ke grup WA. di situ tertulis namanya dan pacarnya, lengkap dengan nama orangtua mereka dan tanggal serta tempat pernikahan mereka. saya kaget setengah mati, saya pikir dia ini lagi bercanda. secara dia ini emang tukang gojeg, dan dia ngupload itu tengah malem. kurang gojeg apa coba? saya juga sempat mikir, mungkin ini cuma tugas kuliahnya dia, karena ada dua desain yang dia upload, background putih dan background merah. saya diem aja, nggak nanggepin, meski sebenernya penasaran juga. 

hari Senin, saya pun ketemu teman saya ini. sepanjang rapat, saya dan teman-teman semua kepo, sampai oot (out of topic) berkali-kali deh omongannya. setelah rapat dianggap selesai, langsung semua tanya, beneran atau engga, dan ternyata itu serius. saya sendiri kaget, karena mereka berdua, calon pengantin ini, baru seusia saya, 21 tahun. dan saya nggak pernah denger heboh-heboh soal persiapan pernikahan mereka sebelumnya. but it's their life. mereka sudah memutuskan, berarti mereka juga sudah mempertimbangkan matang-matang. saya pun berdoa bagi kebahagiaan mereka #AMINbanget :)

bagi saya sendiri, pernikahan atau menikah adalah sesuatu yang masih nantiiiiiii banget. kalau saya ditanya mau menikah atau engga, pasti jawabannya mau. kalau ditanya, mau menikah dengan si X nggak, jawabannya mungkin nggak semantap pertanyaan pertama. kalau ditanya, mau menikah dalam waktu dekat ini nggak, jawabannya jelas engga.
menikah, bagi saya, berarti berada dalam suatu ikatan yang terjalin sampai akhir hayat, sekali seumur hidup. menikah itu berarti harus bisa menahan diri agar melebur jadi satu dengan pasangan. menikah berarti tidak hanya bertanggung jawab atas diri sendiri, tapi juga pada pasangan, dan juga pada anak kalau nantinya sudah punya anak. menikah itu bukan suatu hal yang main-main.
masih begitu banyak hal yang menurut saya sendiri harus saya siapkan sebelum saya menikah. ibaratnya tuh gini, "ngurusin diri sendiri aja belum beres kok mau ngurusin orang lain juga."

tapi menurut saya, pada akhirnya, soal mau menikah atau engga, menikah dengan siapa, menikah kapan, hingga menikah di mana dan menikah dengan cara seperti apa, semua itu adalah pilihan. dan seperti kebanyakan pilihan yang lain, semoga pilihan-pilihan ini didasari dengan pertimbangan yang matang sehingga bisa menjalani konsekuensinya dengan siap pula.

akhir kata, selamat menempuh hidup baru sebagai sepasang suami istri buat Anu dan Caroll!
salam #langgeng! walau saya nggak dateng, but my pray flies to you, guys! semoga pernikahan kalian diberkati Tuhan sampai akhir hayat :)

Anu - Romo Danang - Caroll
*photo by tim ekm kobar yang ikut njagong*

Yogyakarta, 21-6-2014
ikut berbahagia,

vania

19 Juni 2014

di mana Tuhan?

seorang teman melontarkan pertanyaan itu setelah membaca cerita pengalaman pembekalan SLP yang kupost sebelumnya. pertanyaan sederhana sekali. 

saya menemukan Dia, dalam berbagai kesempatan. secara nggak langsung, Dia ada :)
secara umum, Dia menunjukkan pada saya dan teman-teman bahwa kami nggak sendiri. kami berlima, nggak dibiarin sendiri. selain di antara kami sendiri saling bantu, saling nguatin, ada orang-orang di sekitar kami yang jadi media cinta-Nya.

Dia ada sejak kami berdinamika bersama di hari Sabtu. waktu kami diikat jadi satu, Dia bantu nunjukkin kartu-kartu yang kadang agak agak kasat mata :))
meski di situ, saya pribadi, awalnya merasa kami berlima dilepas, sendirian, yang lain cuma nontonin doank. tapi saya pikir-pikir, kami nggak benar-benar sendiri. kalau Dia nggak ada, mungkin frustating moment yang kami alami lebih parah lagi hehehe

keberadaan-Nya makin terasa saat kami main pipa bocor. seperti yang sudah saya tulis di post sebelumnya, kami mengalami another frustating moment. sampai akhirnya banyak banget orang yang bantu, meski awalnya saya tahu beberapa di antara mereka males ikut basah-basah. saya terharu. :")

kehadiran-Nya juga saya rasakan setiap kali kami diberi sesuatu. apalagi ketika kami diberi dua botol air mineral ukuran 1,5 liter. yang membuat saya terharu adalah karena mereka semua memberi dari kekurangannya. mereka yang "miskin" justru memberi lebih banyak. mereka lebih kaya, karena mereka mau dengan ikhlas memberikan sesuatu pada kami, bahkan jauh lebih banyak dari ekspektasi kami. 

saya jadi ingat kisah di injil tentang janda miskin dan dua keping dinar. saya merasa persis seperti itulah yang mereka lakukan. mereka memberi yang terbaik yang bisa mereka berikan. dan mereka, dengan apapun yang telah mereka lakukan, menjadi sarana cinta Tuhan bagi saya dan teman-teman. 

dalam perjalanan itu, saya dan teman-teman sempat menemukan sebuah masjid. seorang teman yang Muslim, Enno, sedikit kami "paksa" untuk sholat di masjid itu. sebenarnya itu alibi juga supaya kami bisa duduk dan istirahat di masjid itu. duduk di masjid itu, membuat saya merasa adem dan damai. seketika saya ingat beberapa insiden intoleransi yang akhir-akhir ini terjadi, khususnya di Jogja. saya miris.  sambil duduk dan ngobrol dengan teman-teman, dalam hati saya harap rasa adem dan damai yang saya rasakan di masjid itu juga tetap terasa di Jogja dan seluruh penjuru Indonesia. 

Dia juga ada sepanjang perjalanan. kebetulan saya dan Bagas lebih sering berada di belakang saat berjalan, dan seringkali kami mengingatkan agar "matanya jelalatan", supaya nggak ada rafia penunjuk jalan yang terlewat dan nggak salah jalan. Dia membantu kami untuk melihat rafia-rafia penunjuk jalan, yang kadang dipasang agak nggak kasat mata. selain itu, keluarbiasaan-Nya juga kami rasakan ketika kami mengagumi alam ciptaan-Nya. kami lihat laba-laba yang besar banget, bunga-bunga yang cantik yang nggak selalu bisa kami temui sehari-hari. kami juga menemukan rumah-rumah kece yang bisa jadi inspirasi rumah kami di masa depan hahaha :D

refleksi saya pribadi, menjawab pertanyaan yang saya jadikan judul post ini, Dia ada di manapun. Dia hadir lewat orang-orang di sekitar saya. lewat teman-teman SLPers batch seven, lewat para pendamping, lewat kakak-kakak SLPers batch six, lewat para pedagang yang menyediakan diri kami bantu, lewat mereka yang dengan sukarela memberi kami sesuatu, lewat alam yang kami jumpai, pun lewat teman saya yang melontarkan pertanyaan ini.
Dia selalu ada, masalahnya apakah kita berhasil merasakan kehadiran-Nya atau engga. *kemudian saya merasa sangat Jesuit* :))


selamat mencari dan menemukan Dia dalam segala!


Kamis, 19 Juni 2014
Yogyakarta (yang semoga tetap) berhati nyaman

mumpung libur,

vania

18 Juni 2014

pembekalan menjadi pribadi tangguh

halo semua! apa kabar? libur sudah tibaaa :D
meski begitu, liburan kali ini saya mungkin akan kurang bisa menikmati secara leluasa, karena ada gawean. beberapa waktu lalu, kebetulan saya keterima untuk mengikuti Service Learning Program, semacam KKN internasional gitu #eaaa
acara ini adalah kerjasama dari beberapa universitas dan kolese Jesuit se-Asia Pasifik. saya dan empat teman lain: Indri (PBI), Enno (Sasing), Bagas (Farmasi) dan Adhi (Psikologi) menjadi delegasi Universitas Sanata Dharma, sekaligus delegasi Indonesia, karena USD adalah satu-satunya universitas Jesuit di Indonesia :)

tanggal 14-15 Juni kemarin ada pembekalan SLP di Wisma Kinasih, Kaliurang. pembekalan diawali dengan pertanyaan, "Kenapa kamu mau ikut SLP?" yang dilanjutkan dengan sharing dari tiga dosen yang pernah mendampingi SLP sebelumnya: Pak Pras, Ms Tata dan Pak Chosa. Pak Chosa jadi pendamping kami tahun ini. mereka cerita banyak tentang pengalaman mereka selama mengikuti SLP. meski banyak hal yang kurang baik yang mereka alami, termasuk rasa sakit hati, namun cinta lah yang menguatkan mereka, dan harapannya, cinta itu pula yang dapat menguatkan kami ketika menghadapi berbagai tantangan selama rangkaian SLP #AMINbanget!

setelah sharing, sesi kedua diisi Mas Anton yang membantu kami memperdalam tema SLP 2014 ini, "Jesuit Education in the Frontiers of Greater Social Engagement". kami dikasih kasus untuk didiskusikan dan kami diminta bikin rancangan program berdasar kasus itu buat lima tahun ke depan. setelah berdiskusi, kami presentasi pakai bahasa Inggris! oh meeenn...

sesi serius-serius berakhir dengan makan siang yang nggak biasa. kami harus saling melayani, mulai dari mengambilkan makanan dan minuman, bahkan menyuapi juga. acara ini dilanjutin perkenalan lebih mendalam dari kami berlima. kami suruh cerita satu-satu tentang diri kami, dan boleh saling bertanya biar lebih kenal. kami melakukannya sambil berdiri, dan di akhir sesi ternyata jarak antara kami makin dekat :D artinya kami merasa nyaman, what a nice starting point :)
habis itu, kami berlima diikat jadi satu, kenceeeng banget, sampai sakit perutnya... kami berlima harus mencari kartu-kartu yang ada hurufnya, terus disusun biar jadi satu kalimat yang terdiri dari lima kata dan masing-masing kata terdiri dari tujuh huruf. kami puter-puter keliling halaman wisma dan ternyata ada beberapa kartu zonk alias emoticon atau tulisan "semangat!" #hadeh
akhirnya setelah bolak balik lamaaa banget, melebihi estimasi waktunya P2TKP, kami berhasil nyusun kalimatnya: pribadi tangguh bersiap menjadi relawan :)
setelah itu, kami main yang kedua: pipa bocor. bedanya, kami nyusun sendiri pipa-pipa kecilnya. dan mohon dicatat, kami cuma berlima. lagi-lagi kami lama banget untuk nyusun strategi, sejam sendiri ada kali. saya yang udah capek dan blank soal beginian lebih banyak diam, daripada makin ngaco. akhirnya sekitar jam 18:00 kami mulai masukin air ke pipa-pipa itu, dan awalnya pelaaan banget progresnya. mungkin karena geregetan, P2TKP bantuin ngutak-atik pipa kami hahaha terus mulai agak cepet progresnya. di detik-detik terakhir, tiba-tiba Pak Chosa bantuin, terus nggak lama yang lain juga ikut bantu, SLPers batch 6, Ms Tata sama Mbak Risca. saya terharu :") we are truly SLP family :") *lope lope di udara*

setelah itu, seharusnya ada sesi sama Romo Andalas. tapi ternyata ada kesalahan teknis, jadi Romo Andalas nggak datang. acara diganti sama Pak Adi. tiap orang dikasih suatu topik, terus masing-masing bikin cerita tapi harus nyambung sama cerita sebelumnya. yang paling mending dan cukup nyambung adalah cerita yang terakhir, Pak Chosa ikut main juga :))
jam 21:00 acara selesai, kami semua diminta untuk istirahat karena jam 02:30 kami sudah harus bangun! :O
nggak butuh waktu terlalu lama bagi saya untuk tidur. tapi nggak tau kenapa, sekitar jam 12:30 saya kebangun dan nggak bisa tidur lagi. begitu bangun jam 02:15 dan ngaca, saya makin jadi mata panda. untung saya nggak bisa kung fu #halah

bukan tanpa alasan kami dikumpulkan jam 02:30. bukan, bukan buat ngeronda atau jurit malam. kami diantar ke Pasar Pakem dan diberi tugas yang sederhana (untuk dikatakan): kami harus survive. kami dikasih waktu sampai jam 07:00 untuk dapat sarapan dan dapat bahan mentah untuk dimasak buat makan siang. kami nggak boleh bawa hp ataupun uang, jadi kami harus kerja. sampai di Pasar Pakem, kami cuma bisa bengong. kami shocked dan speechless, karena pasarnya sepi buangeeeet! awalnya kami atur rencana, satu orang paling engga harus ngumpulin sekian rupiah, meski nggak yakin juga bakal bisa dapet uang, secara kita cuma kerja berapa jam. kami muter-muter berlima, coba observasi sama keadaan pasar, coba tanya ke beberapa pedagang, tapi tawaran kami ditolak. akhirnya kami coba untuk membagi diri dalam dua kelompok yang lebih kecil: Adhi sama Enno, terus Indri, Bagas dan saya. setelah membagi diri, kami bertiga mulai cari-cari kerja. kami bantu seorang simbah untuk ngangkut sayuran ke sebrang jalan. meski nggak dapat apa-apa, tapi mulai ada harapan dan nggak terlalu pesimis lagi. mungkin karena kasihan karena tampang kami yang agak melas, pasutri pedagang di depan indomaret menolak bantuan kami, tapi si istri nawarin kami ngambil sayuran bebas. kami bengong. karena ditawarin terus, akhirnya kami ngambil sop-sopan dua plastik. tapi kami tetap nunggu di situ sambil terus tanya apa yang bisa kami bantu. seorang ibu pedagang yang nggak jauh dari situ menyarankan kami bantu ngepak-in sop-sopan yang lain. akhirnya kami bantuin, lega rasanya. dapat sedikit bahan buat makan siang :D
kami cari-cari pekerjaan lagi, terus Indri dapat. tinggallah saya dan Bagas. akhirnya saya tanya ke mbak-mbak, dapet dan tugasnya sederhana: mbitingi alias ngasih biting (lidi) ke bungkusan mie atau capcay yang mereka buat. saya kerja sendiri, Bagas duduk di dekat situ, tapi dia sempet pergi, bantuin ngangkut ketela yang berat banget katanya. Bagas duduk saja, dan ternyata vertigonya kumat. saya panik seketika. saya minta Bagas tetap duduk dan saya tetap kerja di situ. kerjaan saya sungguh sederhana, tapi capek juga, karena berdiri sekian lama. banyak hal yang bikin saya bingung dan speechless di situ. pertama, mereka jualan seharga 5000 untuk 8 bungkus, padahal porsinya lumayan loh. terus, Mbak Ani, yang bungkusin itu, ternyata juga kerja sebagai akuntan di JIH, dari Senin sampai Jumat, jam 8 sampai 5 sore. Mbak Ani tiap hari bantuin ibunya jualan di pasar itu dari jam 3 sampai jam 5. anak yang sungguh berbakti sekali ya :)
setelah saya selesai bantuin, Mbak Ani nawarin makan. akhirnya saya dikasih 4 bungkus capcay, 2 bungkus urap, 1 botol air mineral 600ml terus dikasih 2 sendok juga. saya kaget, perasaan apa yang saya lakuin sederhana sekali, tapi imbalannya kok banyak banget. di sini saya berefleksi, ternyata nasib orang nggak ada yang tau. Adhi dan Enno dapet kerja duluan, tapi selesainya belakangan, nah saya sama Bagas dapet kerja terakhir, tapi selesai duluan dan mendapatkan sesuatu yang berharga banget buat kita berlima. saya dan Bagas pun muter-muter lagi untuk cari pekerjaan lain. tapi sekitar jam 4, pasar masih sepi, ternyata karena ada nyadran, jadi banyak yang libur. kami muter sekali, tapi nggak dapet apa-apa. ada juga jual kembang, tapi kami nggak berani nawarin bantuan. ntar kalau dikasih kembang, masak kita suruh makan kembang? #halah
akhirnya setelah muter sekali lagi, kami coba nawarin bantuan ke ibu-ibu penjual sayur. lagi-lagi, tugas kami sederhana: masukin buncis ke plastik. kami sempet diledekin ibu-ibu, "wah, apoteker kok mlastiki buncis!" dan "wah calon psikolog megang buncis!" tapi ya namanya juga hidup, buuu :))
jam 6 lewat semua udah selesai kerja dan dapat imbalan masing-masing. selain yang sudah saya sebut di atas, kami juga dapat jamur untuk makan siang, pisang satu sisir, tahu krispi siap makan, bakpia sebungkus,  dan susu kedelai lima plastik. ternyata Adhi secara nggak sengaja bawa uang di jaketnya. kami pun rencana beli bumbu buat masak, setelah tawar-tawaran secara internal, kami memutuskan beli 1000, tapi ternyata dikasih gratis! mungkin karena kami saking melasnya ya hahaha :)) jadi, untuk makan pagi dan makan siang kami hari itu, kami keluar nol rupiah! #bangga

setelah sarapan, kami kumpul dan dikasih tugas selanjutnya: jalan kaki dari Pasar Pakem ke Wisma Kinasih Kaliurang dengan mengikuti rambu-rambu yang sudah disediakan: rafia yang diikat sedemikian rupa. kami pun diminta mengumpulkan kertas yang sudah disediakan panitia di sepanjang jalan yang akan membentuk sebuah kalimat dari delapan kata. di jalan, kami sempat mengalami hal yang menyenangkan maupun nggak menyenangkan.
SLPers batch 7: Bagas - Adhi - Indri - vania - Enno :D
hal yang menyenangkan dan bikin speechless adalah ketika kami mau menukar bakpia yang kami miliki dengan air mineral. percobaan pertama gagal. percobaan kedua, kami bertemu dengan seorang ibu pemilik warung, kami cerita kami ini siapa, tujuan kami ada dan sebagainya, terus ibu itu bilang, "Oh ya ya ambil aja, pilih aja mau yang mana." kami bengong. belum selesai kebengongan kami, si ibu mengambilkan dua botol air mineral 1,5L untuk kami, dan beliau juga menolak bakpia kami. saya terharu. ternyata masih banyak banget orang baik di dunia ini. dan Tuhan seringkali ngasih lebih dari yang kita minta. hidup itu penuh kejutan. meski kadang kejutan yang kami terima juga kurang menyenangkan. kami sempat salah jalan. bukan salah kami sebenarnya, karena tanda yang sudah disiapkan dipotong warga pemilik rumah #tepokjidat
kami salah jalan dan harus melewati jalan yang menanjak lagi. posisi kami saat itu sudah lelah dan semangat serta mood kami langsung drop. tapi kami tetap saling menyemangati dan bilang, "Namanya juga hidup, nggak ada tombol undo atau restart". dan kami pun sadar bahwa hidup itu kayak jalan di Kaliurang yang berliku-liku. tapi ya harus tetap dijalani.
satu hal yang bikin saya bertanya-tanya. sepanjang jalan kami berlima ini nggak ada yang nggak ngeluh. entah ngeluh capek, panas, ngantuk, bahkan kami juga sempet heboh ngrasani dan nggosip (HAHA). tapi toh kami tetap jalan dan mengikuti rambu, nggak cari jalan sendiri yang kami tau lebih singkat, tapi tetap mengikuti prosedur yang ada. kok ya mau-maunya kami disuruh begini, kok ya bisa-bisanya tetap bertahan. kami pun berefleksi, “Ya, inilah hidup. Dan ini yang kita pilih, maka konsekuensi dari pilihan itu juga harus kita tanggung. Meski awalnya tugas ini tampak sangat berat dan bahkan tampaknya tidak mungkin, tapi akhirnya toh kita bisa juga, karena kita tahu kita nggak sendiri. Kita di sini tim, bahkan kita keluarga. Maka ya, kebersamaan dan cinta itu yang menguatkan kita dalam perjalanan ini. Dan semoga kebersamaan itu pula yang selalu menguatkan kita untuk berproses bersama selama setahun ini."
begitu sampai di Wisma Kinasih Kaliurang, kami pun meneriakkan kalimat dari kata-kata yang kami kumpulkan, "We are SLPers batch seven, yes we can!"

bersama Pak Chosa :D
pengalaman dalam pembekalan ini mungkin cuma bisa dialami sekali seumur hidup, dan pengalaman ini bagi saya adalah sesuatu yang berharga. pembekalan ini, selain menjadi sarana saling mengenal bagi SLPers batch 7, juga bikin saya pribadi mengenal lingkungan sekitar. saya baru tau kalau ternyata di Kaliurang ada tempat latihan pacuan kuda dan kudanya gagah banget! terus ternyata sepanjang rute yang kami lewati, banyak rumah yang memelihara anjing, dan mirisnya ada yang pelihara husky tapi sayangnya kurus banget...

well, semoga pembekalan ini, minimal, bisa jadi salah satu hal yang menguatkan saya dan teman-teman dalam berproses bersama selama setahun ini. semangaaat! it's just the beginning, guys! :)


Wednesday, June 18, 2014
one of SLPers batch seven,
Stella Vania Puspitasari