selain cerita si bintang

19 Juni 2014

di mana Tuhan?

seorang teman melontarkan pertanyaan itu setelah membaca cerita pengalaman pembekalan SLP yang kupost sebelumnya. pertanyaan sederhana sekali. 

saya menemukan Dia, dalam berbagai kesempatan. secara nggak langsung, Dia ada :)
secara umum, Dia menunjukkan pada saya dan teman-teman bahwa kami nggak sendiri. kami berlima, nggak dibiarin sendiri. selain di antara kami sendiri saling bantu, saling nguatin, ada orang-orang di sekitar kami yang jadi media cinta-Nya.

Dia ada sejak kami berdinamika bersama di hari Sabtu. waktu kami diikat jadi satu, Dia bantu nunjukkin kartu-kartu yang kadang agak agak kasat mata :))
meski di situ, saya pribadi, awalnya merasa kami berlima dilepas, sendirian, yang lain cuma nontonin doank. tapi saya pikir-pikir, kami nggak benar-benar sendiri. kalau Dia nggak ada, mungkin frustating moment yang kami alami lebih parah lagi hehehe

keberadaan-Nya makin terasa saat kami main pipa bocor. seperti yang sudah saya tulis di post sebelumnya, kami mengalami another frustating moment. sampai akhirnya banyak banget orang yang bantu, meski awalnya saya tahu beberapa di antara mereka males ikut basah-basah. saya terharu. :")

kehadiran-Nya juga saya rasakan setiap kali kami diberi sesuatu. apalagi ketika kami diberi dua botol air mineral ukuran 1,5 liter. yang membuat saya terharu adalah karena mereka semua memberi dari kekurangannya. mereka yang "miskin" justru memberi lebih banyak. mereka lebih kaya, karena mereka mau dengan ikhlas memberikan sesuatu pada kami, bahkan jauh lebih banyak dari ekspektasi kami. 

saya jadi ingat kisah di injil tentang janda miskin dan dua keping dinar. saya merasa persis seperti itulah yang mereka lakukan. mereka memberi yang terbaik yang bisa mereka berikan. dan mereka, dengan apapun yang telah mereka lakukan, menjadi sarana cinta Tuhan bagi saya dan teman-teman. 

dalam perjalanan itu, saya dan teman-teman sempat menemukan sebuah masjid. seorang teman yang Muslim, Enno, sedikit kami "paksa" untuk sholat di masjid itu. sebenarnya itu alibi juga supaya kami bisa duduk dan istirahat di masjid itu. duduk di masjid itu, membuat saya merasa adem dan damai. seketika saya ingat beberapa insiden intoleransi yang akhir-akhir ini terjadi, khususnya di Jogja. saya miris.  sambil duduk dan ngobrol dengan teman-teman, dalam hati saya harap rasa adem dan damai yang saya rasakan di masjid itu juga tetap terasa di Jogja dan seluruh penjuru Indonesia. 

Dia juga ada sepanjang perjalanan. kebetulan saya dan Bagas lebih sering berada di belakang saat berjalan, dan seringkali kami mengingatkan agar "matanya jelalatan", supaya nggak ada rafia penunjuk jalan yang terlewat dan nggak salah jalan. Dia membantu kami untuk melihat rafia-rafia penunjuk jalan, yang kadang dipasang agak nggak kasat mata. selain itu, keluarbiasaan-Nya juga kami rasakan ketika kami mengagumi alam ciptaan-Nya. kami lihat laba-laba yang besar banget, bunga-bunga yang cantik yang nggak selalu bisa kami temui sehari-hari. kami juga menemukan rumah-rumah kece yang bisa jadi inspirasi rumah kami di masa depan hahaha :D

refleksi saya pribadi, menjawab pertanyaan yang saya jadikan judul post ini, Dia ada di manapun. Dia hadir lewat orang-orang di sekitar saya. lewat teman-teman SLPers batch seven, lewat para pendamping, lewat kakak-kakak SLPers batch six, lewat para pedagang yang menyediakan diri kami bantu, lewat mereka yang dengan sukarela memberi kami sesuatu, lewat alam yang kami jumpai, pun lewat teman saya yang melontarkan pertanyaan ini.
Dia selalu ada, masalahnya apakah kita berhasil merasakan kehadiran-Nya atau engga. *kemudian saya merasa sangat Jesuit* :))


selamat mencari dan menemukan Dia dalam segala!


Kamis, 19 Juni 2014
Yogyakarta (yang semoga tetap) berhati nyaman

mumpung libur,

vania

Tidak ada komentar:

Posting Komentar