selain cerita si bintang

18 Juni 2014

pembekalan menjadi pribadi tangguh

halo semua! apa kabar? libur sudah tibaaa :D
meski begitu, liburan kali ini saya mungkin akan kurang bisa menikmati secara leluasa, karena ada gawean. beberapa waktu lalu, kebetulan saya keterima untuk mengikuti Service Learning Program, semacam KKN internasional gitu #eaaa
acara ini adalah kerjasama dari beberapa universitas dan kolese Jesuit se-Asia Pasifik. saya dan empat teman lain: Indri (PBI), Enno (Sasing), Bagas (Farmasi) dan Adhi (Psikologi) menjadi delegasi Universitas Sanata Dharma, sekaligus delegasi Indonesia, karena USD adalah satu-satunya universitas Jesuit di Indonesia :)

tanggal 14-15 Juni kemarin ada pembekalan SLP di Wisma Kinasih, Kaliurang. pembekalan diawali dengan pertanyaan, "Kenapa kamu mau ikut SLP?" yang dilanjutkan dengan sharing dari tiga dosen yang pernah mendampingi SLP sebelumnya: Pak Pras, Ms Tata dan Pak Chosa. Pak Chosa jadi pendamping kami tahun ini. mereka cerita banyak tentang pengalaman mereka selama mengikuti SLP. meski banyak hal yang kurang baik yang mereka alami, termasuk rasa sakit hati, namun cinta lah yang menguatkan mereka, dan harapannya, cinta itu pula yang dapat menguatkan kami ketika menghadapi berbagai tantangan selama rangkaian SLP #AMINbanget!

setelah sharing, sesi kedua diisi Mas Anton yang membantu kami memperdalam tema SLP 2014 ini, "Jesuit Education in the Frontiers of Greater Social Engagement". kami dikasih kasus untuk didiskusikan dan kami diminta bikin rancangan program berdasar kasus itu buat lima tahun ke depan. setelah berdiskusi, kami presentasi pakai bahasa Inggris! oh meeenn...

sesi serius-serius berakhir dengan makan siang yang nggak biasa. kami harus saling melayani, mulai dari mengambilkan makanan dan minuman, bahkan menyuapi juga. acara ini dilanjutin perkenalan lebih mendalam dari kami berlima. kami suruh cerita satu-satu tentang diri kami, dan boleh saling bertanya biar lebih kenal. kami melakukannya sambil berdiri, dan di akhir sesi ternyata jarak antara kami makin dekat :D artinya kami merasa nyaman, what a nice starting point :)
habis itu, kami berlima diikat jadi satu, kenceeeng banget, sampai sakit perutnya... kami berlima harus mencari kartu-kartu yang ada hurufnya, terus disusun biar jadi satu kalimat yang terdiri dari lima kata dan masing-masing kata terdiri dari tujuh huruf. kami puter-puter keliling halaman wisma dan ternyata ada beberapa kartu zonk alias emoticon atau tulisan "semangat!" #hadeh
akhirnya setelah bolak balik lamaaa banget, melebihi estimasi waktunya P2TKP, kami berhasil nyusun kalimatnya: pribadi tangguh bersiap menjadi relawan :)
setelah itu, kami main yang kedua: pipa bocor. bedanya, kami nyusun sendiri pipa-pipa kecilnya. dan mohon dicatat, kami cuma berlima. lagi-lagi kami lama banget untuk nyusun strategi, sejam sendiri ada kali. saya yang udah capek dan blank soal beginian lebih banyak diam, daripada makin ngaco. akhirnya sekitar jam 18:00 kami mulai masukin air ke pipa-pipa itu, dan awalnya pelaaan banget progresnya. mungkin karena geregetan, P2TKP bantuin ngutak-atik pipa kami hahaha terus mulai agak cepet progresnya. di detik-detik terakhir, tiba-tiba Pak Chosa bantuin, terus nggak lama yang lain juga ikut bantu, SLPers batch 6, Ms Tata sama Mbak Risca. saya terharu :") we are truly SLP family :") *lope lope di udara*

setelah itu, seharusnya ada sesi sama Romo Andalas. tapi ternyata ada kesalahan teknis, jadi Romo Andalas nggak datang. acara diganti sama Pak Adi. tiap orang dikasih suatu topik, terus masing-masing bikin cerita tapi harus nyambung sama cerita sebelumnya. yang paling mending dan cukup nyambung adalah cerita yang terakhir, Pak Chosa ikut main juga :))
jam 21:00 acara selesai, kami semua diminta untuk istirahat karena jam 02:30 kami sudah harus bangun! :O
nggak butuh waktu terlalu lama bagi saya untuk tidur. tapi nggak tau kenapa, sekitar jam 12:30 saya kebangun dan nggak bisa tidur lagi. begitu bangun jam 02:15 dan ngaca, saya makin jadi mata panda. untung saya nggak bisa kung fu #halah

bukan tanpa alasan kami dikumpulkan jam 02:30. bukan, bukan buat ngeronda atau jurit malam. kami diantar ke Pasar Pakem dan diberi tugas yang sederhana (untuk dikatakan): kami harus survive. kami dikasih waktu sampai jam 07:00 untuk dapat sarapan dan dapat bahan mentah untuk dimasak buat makan siang. kami nggak boleh bawa hp ataupun uang, jadi kami harus kerja. sampai di Pasar Pakem, kami cuma bisa bengong. kami shocked dan speechless, karena pasarnya sepi buangeeeet! awalnya kami atur rencana, satu orang paling engga harus ngumpulin sekian rupiah, meski nggak yakin juga bakal bisa dapet uang, secara kita cuma kerja berapa jam. kami muter-muter berlima, coba observasi sama keadaan pasar, coba tanya ke beberapa pedagang, tapi tawaran kami ditolak. akhirnya kami coba untuk membagi diri dalam dua kelompok yang lebih kecil: Adhi sama Enno, terus Indri, Bagas dan saya. setelah membagi diri, kami bertiga mulai cari-cari kerja. kami bantu seorang simbah untuk ngangkut sayuran ke sebrang jalan. meski nggak dapat apa-apa, tapi mulai ada harapan dan nggak terlalu pesimis lagi. mungkin karena kasihan karena tampang kami yang agak melas, pasutri pedagang di depan indomaret menolak bantuan kami, tapi si istri nawarin kami ngambil sayuran bebas. kami bengong. karena ditawarin terus, akhirnya kami ngambil sop-sopan dua plastik. tapi kami tetap nunggu di situ sambil terus tanya apa yang bisa kami bantu. seorang ibu pedagang yang nggak jauh dari situ menyarankan kami bantu ngepak-in sop-sopan yang lain. akhirnya kami bantuin, lega rasanya. dapat sedikit bahan buat makan siang :D
kami cari-cari pekerjaan lagi, terus Indri dapat. tinggallah saya dan Bagas. akhirnya saya tanya ke mbak-mbak, dapet dan tugasnya sederhana: mbitingi alias ngasih biting (lidi) ke bungkusan mie atau capcay yang mereka buat. saya kerja sendiri, Bagas duduk di dekat situ, tapi dia sempet pergi, bantuin ngangkut ketela yang berat banget katanya. Bagas duduk saja, dan ternyata vertigonya kumat. saya panik seketika. saya minta Bagas tetap duduk dan saya tetap kerja di situ. kerjaan saya sungguh sederhana, tapi capek juga, karena berdiri sekian lama. banyak hal yang bikin saya bingung dan speechless di situ. pertama, mereka jualan seharga 5000 untuk 8 bungkus, padahal porsinya lumayan loh. terus, Mbak Ani, yang bungkusin itu, ternyata juga kerja sebagai akuntan di JIH, dari Senin sampai Jumat, jam 8 sampai 5 sore. Mbak Ani tiap hari bantuin ibunya jualan di pasar itu dari jam 3 sampai jam 5. anak yang sungguh berbakti sekali ya :)
setelah saya selesai bantuin, Mbak Ani nawarin makan. akhirnya saya dikasih 4 bungkus capcay, 2 bungkus urap, 1 botol air mineral 600ml terus dikasih 2 sendok juga. saya kaget, perasaan apa yang saya lakuin sederhana sekali, tapi imbalannya kok banyak banget. di sini saya berefleksi, ternyata nasib orang nggak ada yang tau. Adhi dan Enno dapet kerja duluan, tapi selesainya belakangan, nah saya sama Bagas dapet kerja terakhir, tapi selesai duluan dan mendapatkan sesuatu yang berharga banget buat kita berlima. saya dan Bagas pun muter-muter lagi untuk cari pekerjaan lain. tapi sekitar jam 4, pasar masih sepi, ternyata karena ada nyadran, jadi banyak yang libur. kami muter sekali, tapi nggak dapet apa-apa. ada juga jual kembang, tapi kami nggak berani nawarin bantuan. ntar kalau dikasih kembang, masak kita suruh makan kembang? #halah
akhirnya setelah muter sekali lagi, kami coba nawarin bantuan ke ibu-ibu penjual sayur. lagi-lagi, tugas kami sederhana: masukin buncis ke plastik. kami sempet diledekin ibu-ibu, "wah, apoteker kok mlastiki buncis!" dan "wah calon psikolog megang buncis!" tapi ya namanya juga hidup, buuu :))
jam 6 lewat semua udah selesai kerja dan dapat imbalan masing-masing. selain yang sudah saya sebut di atas, kami juga dapat jamur untuk makan siang, pisang satu sisir, tahu krispi siap makan, bakpia sebungkus,  dan susu kedelai lima plastik. ternyata Adhi secara nggak sengaja bawa uang di jaketnya. kami pun rencana beli bumbu buat masak, setelah tawar-tawaran secara internal, kami memutuskan beli 1000, tapi ternyata dikasih gratis! mungkin karena kami saking melasnya ya hahaha :)) jadi, untuk makan pagi dan makan siang kami hari itu, kami keluar nol rupiah! #bangga

setelah sarapan, kami kumpul dan dikasih tugas selanjutnya: jalan kaki dari Pasar Pakem ke Wisma Kinasih Kaliurang dengan mengikuti rambu-rambu yang sudah disediakan: rafia yang diikat sedemikian rupa. kami pun diminta mengumpulkan kertas yang sudah disediakan panitia di sepanjang jalan yang akan membentuk sebuah kalimat dari delapan kata. di jalan, kami sempat mengalami hal yang menyenangkan maupun nggak menyenangkan.
SLPers batch 7: Bagas - Adhi - Indri - vania - Enno :D
hal yang menyenangkan dan bikin speechless adalah ketika kami mau menukar bakpia yang kami miliki dengan air mineral. percobaan pertama gagal. percobaan kedua, kami bertemu dengan seorang ibu pemilik warung, kami cerita kami ini siapa, tujuan kami ada dan sebagainya, terus ibu itu bilang, "Oh ya ya ambil aja, pilih aja mau yang mana." kami bengong. belum selesai kebengongan kami, si ibu mengambilkan dua botol air mineral 1,5L untuk kami, dan beliau juga menolak bakpia kami. saya terharu. ternyata masih banyak banget orang baik di dunia ini. dan Tuhan seringkali ngasih lebih dari yang kita minta. hidup itu penuh kejutan. meski kadang kejutan yang kami terima juga kurang menyenangkan. kami sempat salah jalan. bukan salah kami sebenarnya, karena tanda yang sudah disiapkan dipotong warga pemilik rumah #tepokjidat
kami salah jalan dan harus melewati jalan yang menanjak lagi. posisi kami saat itu sudah lelah dan semangat serta mood kami langsung drop. tapi kami tetap saling menyemangati dan bilang, "Namanya juga hidup, nggak ada tombol undo atau restart". dan kami pun sadar bahwa hidup itu kayak jalan di Kaliurang yang berliku-liku. tapi ya harus tetap dijalani.
satu hal yang bikin saya bertanya-tanya. sepanjang jalan kami berlima ini nggak ada yang nggak ngeluh. entah ngeluh capek, panas, ngantuk, bahkan kami juga sempet heboh ngrasani dan nggosip (HAHA). tapi toh kami tetap jalan dan mengikuti rambu, nggak cari jalan sendiri yang kami tau lebih singkat, tapi tetap mengikuti prosedur yang ada. kok ya mau-maunya kami disuruh begini, kok ya bisa-bisanya tetap bertahan. kami pun berefleksi, “Ya, inilah hidup. Dan ini yang kita pilih, maka konsekuensi dari pilihan itu juga harus kita tanggung. Meski awalnya tugas ini tampak sangat berat dan bahkan tampaknya tidak mungkin, tapi akhirnya toh kita bisa juga, karena kita tahu kita nggak sendiri. Kita di sini tim, bahkan kita keluarga. Maka ya, kebersamaan dan cinta itu yang menguatkan kita dalam perjalanan ini. Dan semoga kebersamaan itu pula yang selalu menguatkan kita untuk berproses bersama selama setahun ini."
begitu sampai di Wisma Kinasih Kaliurang, kami pun meneriakkan kalimat dari kata-kata yang kami kumpulkan, "We are SLPers batch seven, yes we can!"

bersama Pak Chosa :D
pengalaman dalam pembekalan ini mungkin cuma bisa dialami sekali seumur hidup, dan pengalaman ini bagi saya adalah sesuatu yang berharga. pembekalan ini, selain menjadi sarana saling mengenal bagi SLPers batch 7, juga bikin saya pribadi mengenal lingkungan sekitar. saya baru tau kalau ternyata di Kaliurang ada tempat latihan pacuan kuda dan kudanya gagah banget! terus ternyata sepanjang rute yang kami lewati, banyak rumah yang memelihara anjing, dan mirisnya ada yang pelihara husky tapi sayangnya kurus banget...

well, semoga pembekalan ini, minimal, bisa jadi salah satu hal yang menguatkan saya dan teman-teman dalam berproses bersama selama setahun ini. semangaaat! it's just the beginning, guys! :)


Wednesday, June 18, 2014
one of SLPers batch seven,
Stella Vania Puspitasari

2 komentar:

  1. yayayaya....iki to critane KKN, jebule KKNe Jesuits hehehehe...sugeng.

    BalasHapus