selain cerita si bintang

19 November 2017

God is the best planner

God is the best planner ever. Dia memilihkan jalan untuk kita, sepaket dengan perbekalan yang kita butuhkan. Kadang perbekalannya nggak dikasih semua di awal, tapi akan dikasih pas kita perlu dan pas takarannya.

Kurang lebih itu yang saya bagikan ke seorang sahabat yang sedang galau akan langkah hidup selanjutnya. Saya pun pernah, eh sedang, mengalami hal yang sama. Keputusan saya untuk kuliah lagi, lalu ndilalah keterima di Unpad dan harus terdampar di sebuah kecamatan bernama Jatinangor, bagi saya adalah rencana Tuhan yang mendebarkan dan menggetarkan. Seperti sudah saya tulis di postingan sebelumnya, ini adalah pengalaman pertama saya menjadi anak rantau dan anak kos. Personally, there’s so many things to worry about. Tapi ternyata saya bisa juga melewati hari-hari sebagai mahasiswa S2 di kecamatan Jatinangor ini, sudah lebih dari 3 bulan! Yah, meski perjalanannya tidak selalu mulus dan banyak air mata, rindu yang selalu memuncak, berbagai drama dan gejolak, tapi perjalanan ini membuat saya semakin mengenal diri saya dan berkawan dengan kesendirian serta kesepian.

Saya harus mengakui bahwa setelah menjalani kehidupan sebagai anak rantau dan anak kos newbie, saya jadi malu sama diri sendiri. Sejak SMA, saya punya keinginan untuk bisa kuliah di luar negeri, tujuan saya saat itu adalah Australia. Bahkan, saya pun pernah memakai alasan itu untuk membohongi teman-teman saat April Mop. Yah, bohongnya yang baik-baik, siapa tau kejadian beneran ya kan hahaha… waktu itu saya bilang ke adek-adek pengurus Papita (Valent, Angel, Febri, dkk) kalau saya harus segera pamit karena akan melanjutkan studi di Australia. Kalau nggak salah ingat sih mereka waktu itu udah mimbik-mimbik nahan nangis hahaha kocak banget deh :))

Tahun lalu, sebelum saya mendaftar S2, saya juga sempat mendaftar menjadi asisten peneliti di Timika, Papua. Nekad sih saya waktu itu, hanya karena saya pengen banget menginjakkan kaki di Bumi Cenderawasih. Tapi saya nggak diterima, karena mereka lebih memilih warga lokal. Waktu itu saya sempat kecewa. Biasa lah, walau baru mendaftar, tapi pikirannya udah heboh ke sana kemari.

Setelah menjalani hidup di kecamatan Jatinangor ini, barulah saya bersyukur sekali nggak keterima di Papua dan belum dapat kesempatan kuliah di Australia. Betapa tidak, saya sekarang yang masih sama-sama tinggal di Jawa saja kangennya luar biasa. Benteng pertahanan rindu saya sudah berulang kali hampir jebol. Sampai sekarang pun saya udah berkali-kali dikirimi paket dari rumah maupun dari online shop. Tidak hanya itu, saya pun berkali-kali membayangkan rumah dan berkali-kali ingin pulang, meski akhirnya saya tahan.

Saya tidak bisa membayangkan kalau saya jadi keterima di Papua, atau saya berkesempatan kuliah di Australia dan pengalaman itu adalah kali pertama saya merantau. Mungkin hidup saya akan terasa jauhhh lebih berat daripada sekarang. Selain karena memang lebih jauh, perbedaan waktu, bahasa, budaya dan mungkin juga akses, dan orang-orang yang dijumpai mungkin membuat saya lebih susah move on. Setelah berefleksi terus menerus, saya pun sangat bersyukur atas apa yang saya alami, atas apa yang Tuhan siapkan dan pilihkan untuk saya.

Saya jadi ingat bacaan injil hari ini, tentang talenta. Benar bahwa Tuhan memberi kita talenta yang berbeda-beda. Memang ada orang yang bisa merantau di usia yang sangat muda, tapi ada juga yang baru bisa merantau di usia lebih dari 20an, itu pun banyak bapernya (iya ini ngomongin diri sendiri :p).
Dia juga tau kapan dan di mana kira-kira kita bisa mengembangkan talenta yang kita miliki. Dia pun tau bagaimana cara menolong kita untuk mengoptimalkan talenta yang kita miliki, dan membagikannya pada orang lain.

Yang jadi pertanyaan buat kita, mau nggak kita mengoptimalkan dan mengembangkan talenta yang kita miliki? Mau nggak kita ikut serta mewujudkan rencana-Nya?


God is the best planner, but it means nothing if we do nothing to work through the plans.

Selamat dan tetap semangat untuk menjalankan rencana-Nya dan mengembangkan talenta!



Minggu, 19 November 2017
09.09 PM
dari Kecamatan Jatinangor,

Stella Vania

2 komentar:

  1. Baru tahu kalau ternyata seorang Stella Vania Puspitasari juga pernah gagal dalam mencapai sesuatu..

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha bahkan seorang Wonder Woman pun pernah (merasa) mengalami kegagalan.. apalagi aing yang cuma serpihan debu yang nempel di bajunya~

      Hapus