selain cerita si bintang

03 Juli 2010

enam. lima. empat. tiga. dua. SATU.

dalam suatu kesempatan, seorang guru pernah meminta teman-teman dan aku untuk menuliskan nama teman yang paling akrab. tak sedikit yang menuliskan: semua teman sekelas. lalu pada kesempatan berikutnya, guru tersebut berkata, "Yang saya maksud adalah teman-teman yang benar-benar akrab, yang sering kalian ajak bicara, terutama masalah pribadi kalian. Kan nggak mungkin tiba-tiba kalian dateng ke kelas pagi-pagi lalu teriak di depan kelas : EH YA AMPUN, AKU BARU DIPUTUSIN COWOKKU ! Dan langsung nangis-nangis di depan kelas. Kan nggak mungkin. Kalian pasti punya teman yang benar-benar akrab."

ya, begitulah. kita pasti punya teman untuk diajak bicara, teman diajak berbagi cerita, teman yang bisa menyimpan rahasia, dan itu hanya orang-orang tertentu saja. orang-orang itu pasti dekat, sering bareng, dan seakan membentuk kelompok sendiri. kalau bahasa sosiologi-nya : in-group. lalu seringkali kelompok itu disebut 'gank', dipandang sebagai sebuah kelompok yang kompak, dan ketika yang satu 'menghilang', pasti yang lain akan ikut ditanyai, ke mana perginya si satu orang tersebut.

ketika SMP, aku akrab dengan teman-temanku, dan jumlah kami 6 orang. tapi satu orang dari kami nggak selalu bersama, dan kami ber5, jadi lebih akrab. karena satu dan lain hal, aku sempat merasa sedikit menjauh dari teman-temanku itu, dan seketika aku sadar, 4 memang lebih baik.

waktu berjalan, dan di SMA, di komunitas yang berbeda, aku kembali memiliki teman-teman akrab. awalnya berlima, namun menyusut menjadi 4, dan aku semakin yakin bahwa 4 memang jauh jauh lebih baik. angka 4 itu bertahan cukup lama, walau tak jarang hambatan dan rintangan menghadang. sampai akhirnya, entah hanya perasaanku saja atau memang kenyataannya begitu, tapi satu orang menjauh, dan mungkin memang angka 3 lebih membawa keberuntungan. maka walau dengan berat hati, akhirnya satu dari kami menjauh, entah kenapa. dan seiring berjalannya waktu, satu dari kami bertiga ngikut si satu orang yang menjauh itu, sehingga tinggal aku dan satu temanku, tinggal 2 orang. dan akhirnya entah bagaimana ceritanya, hingga aku merasa benar-benar sendiri. hanya 1.

seringkali aku sampai pada suatu pemikiran bahwa satu memang yang terbaik. sendiri memang jauh lebih baik. tapi kemudian aku sadar, manusia nggak akan bisa hidup sendiri. kita, sebagai manusia, pasti membutuhkan orang lain dalam hidup. dan benar saja, sendiri, kadang menjadi suatu hal yang tidak mengenakkan, meski kadang kita memang butuh waktu untuk sendiri.

jadi, kirim aku malaikatmu biar jadi kawan hidupku .. dan di dunia ini aku tak ma(mp)u sendiri ..



Yogyakarta,
dalam suatu kesendirian

2 komentar:

  1. tak kan ada yg mampu hidup sendiri..
    hidup itu intinya berbagi..berbagi..dan berbagi...

    terkadang ketika berbagi.. aq juga berfikir.. aq jg ingin d bagi...
    dan.. aq bertanya ap yg bisa qm bagi kawan ttg HIDUPmu??
    *pemikiran manusia polos :D

    BalasHapus
  2. ya, semoga kita bisa saling berbagi :)

    BalasHapus