selain cerita si bintang

20 Maret 2010

merasa 'paling'

hei, pernahkah kau merasa diri 'paling' ?
paling baik, paling buruk, paling pinter, paling bodoh, paling beruntung, paling apes. pokoknya merasa diri paling.
yeah, menurutku ini perasaan manusawi banget. tapi ya sebenarnya bukan sebuah perasaan yang baik sih.
gimana enggak ?
kalau merasa diri paling baik, atau paling pinter, atau paling beruntung, atau paling-paling yang 'baik', bisa-bisa jadi sombong, dumeh, congkak, tinggi hati, besar kepala, dan sejenisnya.
kalau merasa diri paling buruk, paling bodoh, paling apes, atau paling-paling yang 'busuk', bisa-bisa jadi minder dan nggak berkembang.

ya, seperti apa yang udah pernah aku tulis di postingan arti hadirmu, kata Mas Danto : kita bukan pusat dunia. nggak ada kita pun dunia tetap berputar.

tapi sebenernya, semua itu kembali ke diri masing-masing sih.
ada juga yang merasa diri paling baik, tapi lalu nggak jadi sombong, malah bersyukur pada Tuhan, dan membagi kebaikan itu pada sesamanya.
ada pula yang merasa diri paling buruk, tapi berusaha berubah jadi lebih baik.
semua itu memang kembali ke tiap pribadi.


hei, pernahkah ketika mendengar cerita dari seorang teman, lalu membandingkannya dengan cerita sendiri ?
lalu apa yang ada di pikiran kita ?
cerita kita lebih baik ? cerita kita lebih buruk ?
hmm, lagi-lagi kita merasa diri 'paling'. padahal, tiap orang punya jalan hidup dan ceritanya sendiri-sendiri kan ?

tiap orang hidup dengan pilihannya masing-masing. dengan cerita yang sama persis, pilihan orang bisa saja berbeda.
siapa yang punya hidup itu, dia sudah memilih, dan dia yang akan menjalani resikonya.

dan gitu juga kita.
kita yang punya hidup, kita yang memilih, dan kita yang *harus* menjalani resikonya.
kalau kata Obama, yes we can ! :D

4 komentar:

  1. waaaa..
    nice, Van :)

    setuju dengan postinganmu :)

    BalasHapus
  2. Great! Tulisan yang bagus. Salut buat Vania. Bisa kepikiran nulis yang begini. Yang dekat dan memang terjadi. Dan kadang terlupakan.

    Memang kita, manusia, seperti itu e. Kita sadar kita membuat keputusan, tapi tidak sadar dengan resiko, atau tidak mau menerima resiko. Alih2 kita malah menyalahkan hal lain--orang lain. Kemudian marah, kecewa, sedih. Dan aku (bukan 'kita' kok) sering gitu. Walau aku tahu dan bisa menulis seperti ini. That's why orang lain/ teman itu diperlukan--utk mengingatkan dan kita juga memang harus saling mengingatkan.

    Hidup memang penuh resiko. Juga masalah. Mengambil keputusan juga kadang berarti pengorbanan utk yang lain. Ada konsekuensi. Yah begitulah...
    Keep learning Vania! Thx

    Andreas Aris Ardianto

    BalasHapus
  3. matur sembah nuwun Mas Andre! mari belajar bersama-sama :)

    BalasHapus